Langsung ke konten utama

Unggulan

The Efforts to Preserve The Traditional Arts for Preservation of Nation Culture

The Efforts to Preserve The Traditional Arts for Preservation of Nation Culture (Usaha Pelestarian Seni Tradisonal Untuk Pelestarian Budaya Bangsa) Introduction (Pengenalan) People's daily activities will never be separated from art products, this is because art itself is part of human life. Even though you are not an artist, as a human being you are a connoisseur of art whenever and wherever you are Aktifitas orang sehari-hari tidak akan pernah lepas dari produk seni , ini dikarenakan seni itu sendiri adalah bagian dari kehidupan manusia. Meskipun kamu bukanlah seorang seniman, sebagai manusia kamu adalah seorang penggemar seni kapanpun dan dimanapun kamu berada. Art is part of culture, preserving art means preserving culture, and preserving culture is the same as maintaining the existence of a nation. Because art, especially culture is too broad, our focus in this presentation is on the impact of preserving traditional arts on preserving nation culture. Kesenian merupakan bagian ...

 Chapter 3: Turning Point

Liu Yancheng believes that the important turning point in his life was when he was 14 years old. 

At the beginning of that year, the plane his parents were on crashed, and neither of them survived. Upon hearing the news, his grandfather suffered a heart attack and died. 

In the blink of an eye, his family was destroyed, leaving only him and his grandmother dependent on each other for their lives. 

His grandmother had already been in her 60s that year, and her health was not very good. When the news of the misfortune arrived, the old lady took care of everything in an orderly manner. She was strong, because she knew she couldn’t fall down just yet. What would her young grandson do without her?

At that moment, Liu Yancheng felt that the sky was falling down. After a few days in a daze, he remembered that his elderly grandmother had to deal with the unfortunate affairs alone and take care of him every day. Overnight, Liu Yancheng realised that he should man up and be an adult. He decided that he would take care of his aging grandmother in the future. 

People can put a smile on their faces and pretend to forget the pain, but an aching heart hurts most in the dead of night. 

Liu Yancheng couldn’t sleep every night. When his grandmother fell asleep, he would secretly go out and wander aimlessly in Qiankui City. When it was almost dawn, he would go home exhausted, sleep for two hours, and then get up to buy breakfast for both his grandmother and himself. Before going to school, he would enjoy a slight moment of peace with his grandmother.

This situation changed at the end of the year. Liu Yancheng felt that someone had been following him. He looked back, and except for the occasional car driving by, there were no pedestrians at all. Liu Yancheng didn’t see anything strange. He still took a regular walk outside late at night and went home when it was time. 

After a while, Liu Yancheng felt that he had been followed for almost a week. He was walking through an alley that night when he suddenly felt his heart palpitating as if it was about to burst.

As soon as he turned around, he was thrown to the ground. Liu Yancheng wrestled with the person who attacked him. As the scuffle started, Liu Yancheng’s eyes were already used to the darkness. Even if the assailant sported a black hat on his head, Liu Yancheng could still see clearly that it was a boy about his age, so he sighed in relief and asked, “Hey, what are you trying to do?”

Translation Guidelines:

  1. Machine translation is in no way acceptable.

  2. Reread to ensure there is no typos, literal translation or incoherent flow.

  3. Submit in word format, with your translation below. No other format would be acceptable.


Translation:

Bab 3 : Titik Balik

Liu Yancheng percaya bahwa titik balik penting dalam hidupnya adalah ketika dia berusia empat  belas tahun.

Di awal tahun, pesawat yang ditumpangi orang tuanya kecelakaan, dan tidak ada satupun dari mereka yang selamat. Sesudah mendengar berita, kakeknya mendapat sebuah serangan jantung dan meninggal.

Dalam sebuah kedipan mata, keluarganya telah dihancurkan, menyisakan hanya dirinya dan neneknya yang bergantung satu dengan lainnya untuk kehidupan mereka.

Neneknya sudah berusia enam puluh tahun, dan kesehatannya tidaklah begitu bagus. Ketika kabar buruk datang, wanita tua itu merawat semuanya dengan teratur. Dia begitu kuat, sebab dia tahu bahwa dia tidak boleh jatuh. Apa yang akan dilakukan cucu lelakinya tanpa dia ?

Sesat Liu Yancheng merasa langit sedang runtuh. Sesudah beberapa hari linglung, dia ingat bahwa neneknya yang sudah tua renta harus menghadapi nasib sial sendirian dan merawatnya setiap hari. Pada satu malam, Liu Yancheng telah menyadari bahwa dia harus bangkit dan menjadi seorang yang dewasa. Dia telah putuskan bahwa dia akan merawat neneknya yang sudah tua di masa depan.

Orang dapat menaruh sebuah senyuman di wajahnya dan berpura-pura melupakan kepedihan, tapi sebuah sakit hati yang paling sakit dalam sepi malam. 

Liu Yancheng tidak dapat tidur setiap malam, Ketika neneknya tertidur, dia diam-diam pergi keluar dan berjalan-jalan tanpa tujuan di Kota Qiankui. Ketika hampir fajar, dia akan pulang kelelahan, tidur selama dua jam, dan bangun untuk membeli sarapan untuk neneknya dan dirinya. Sebelum ke sekolah, dia ingin menikmati sejenak saat-saat damai dengan neneknya.

Situasi ini telah berubah di akhir tahun. Liu Yancheng merasa bahwa seseorang sedang mengikutinya Dia menoleh kebelakang, dan kecuali mobil yang sedang dikendarai, tidak ada para pejalan kaki sama sekali. Liu Yancheng tidak melihat hal yang aneh. Dia tetap mengambil jalan seperti biasa pada saat keluar malam dan pulang ketika waktunya tiba.

Sesudah beberapa lama. Liu Yancheng merasa bahwa dia telah diikuti selama hampir seminggu. Dia berjalan melewati gang malam itu dan dia tiba-tiba merasa jantungnya berdebar-debar seolah-olah itu akan meledak.

Secepat dia berputar balik, dia dilempar ke tanah. Liu Yancheng bergulat dengan orang yang menyerangnya. Saat perkelahian dimulai, mata Liu Yancheng sudah terbiasa di kegelapan. Meskipun  jika si penyerang memakai sebuah topi hitam di kepalanya, Liu Yancheng tetap melihat jelas bahwa itu adalah seorang bocah laki-laki seumuran dengannya. Kemudian dia menghela nafas lega dan bertanya “Hei, apa yang sedang kamu coba lakukan ?” 


Mohon infonya ini sudah benar atau belum ?

#penerjemah

#english_indonesian

#Test_soal









Komentar

Postingan Populer